Wednesday, September 23, 2009

a 'lil bit (big) nervous

Pikiranku melayang mundur ke tanggal 8'sept 09, Hari selasa malam sebelum tanggal fenomenal (kata orang) 09-09-2009 yang katanya sekali seumur hidup terlewati. Bersejarah kata orang, angka hoki, gak heran makanya banyak orang yang menikah ataupun melahirkan anak (secara paksa lewat caesar), dan melakukan banyak hal lainnya ditanggal tersebut dengan beragam harapan. Tapi setiap tanggal yang kita lalui itu kan berapapun tanggalnya apapun bulannya apapun tahunnya, apapun makanannya apapun minumannya (loh kok jadi iklan hehe) memang terjadi sekali dalam seumur hidup kita bukan? tak bisa diulangi, tak bisa dirubah, tak bisa disesali dan sudah menjadi sejarah dalam tiap pilihan hidup yang kita jalani.


Selasa malam itulah, salah satu momen penting dalam hidup kami terjadi. Dengan kebulatan tekad, aku dan icka menghadap orangtua kekasihku itu di depok. Icka sebelumnya sudah memberi masukan, santai saja , ngobrol seperti biasa, mengalir seperti air. Pikiranku dipenuhi berbagai macam kata-kata saat itu, entah yang mana akan aku pakai.. ingin rasanya menuangkan semua kata-kata tersebut didalam sebuah tulisan, agar aku tidak lupa kata apa yang harus aku ucapkan (aku memang agak sedikit parah dalam mengingat sesuatu, hanya sepotong-sepotong yang bisa ku ingat, semoga kelemahanku ini tidak menjadi batu sandungan buatku, thanks to you dear for remain me about anything with the detail).


Sesampainya dirumah kekasihku itu, kedua orangtuanya sedang berada dimeja makan, rupanya mereka baru saja selesai makan, ada satu sosok lagi di ruang makan tersebut, sudah cukup berumur, tapi kelihatan sangat segar untuk orang seumuran beliau. Nenek (oppung) kekasihku itu memang sedang menginap disana, setelah bersalaman dengan amang dan inang aku pun berkenalan dengan oppung boru itu. Aku dan icka pun dipersilahkan untuk makan dulu di meja cinta. Setelah makan kami pun kembali berhadapan dengan inang, amang dan oppung boru.


Aku membuka percakapan dengan bertanya ke Oppung tentang ulang tahunnya ke 71 yang baru saja dirayakan, sudah berapa lama beliau di jakarta, sudah di rumah anaknya yang mana saja beliau sudah menginap, sedikit kisah masa lalu dari amang icka pun terkuaklah..aku pun jadi tahu bahwa ia belakangan ini tinggal sendirian di balige (perasaan hormat, kagum terhadap sosok oppung muncul dengan sendirinya didiriku). Sebenarnya malam tersebut aku pengen menyampaikan kepada inang dan amang mengenai hubungan aku dan icka, tapi entah kenapa susah sekali untuk masuk ke pokok pembicaraan, aku tiba2 gugup, bingung mau mulai darimana, apalagi sedang ada oppung boru disana perasaan segan jadi muncul, apakah tepat aku mengungkapkan niat baik ini di depan beliau..padahal icka sudah bolak balik melirik kearahku dan memberi kode supaya aku memulai pembicaraan inti.


Icka akhirnya membantu aku untuk membuka pembicaraan, baru lah obrolan penting itu dimulai, dengan terbata-bata aku menyampaikan niat kami, "amang, inang, oppung, aku sama icka sudah kurang lebih 9 bulan ini saling mengenal, banyak hal positif yang telah kami dapatkan dari hubungan kami, kami mulai saling memahami satu dan lainnya, saling mengisi, saling mengenal keluarga masing-masing, selama kami berhubungan kami kepingin yang bahagia bukan cuma kami, kami juga ingin keluarga pun bisa ikut merasakan apa yang kami rasakan, kami juga berusaha untuk saling terbuka satu sama lain, kami banyak ngobrol tentang banyak hal, kami juga memiliki keinginan untuk bertumbuh bersama dalam segala hal yang baik, kami ingin lebih serius lah ke depannya".


"Serius seperti apa" amang icka bertanya ke aku.."mm...kami ingin ke jenjang yang lebih tinggi lagi amang" . "Iya apa jenjang itu?" . "mmm..kami ingin mengikrarkan hubungan kami amang". "iya apa bentuk konkretnya nya" kata amang icka. Ternyata si amang ingin ada kata-kata tegas yang nyata, bukan abstrak..aku pun mulai menyadari itu.."iya amang..kami punya niat untuk menikah kedepannya nanti, kami tahu proses menuju kesana gak mudah , cukup panjang, kami mohon nasihat dari amang, inang dan oppung". Ohh gitu donk..baru jelas kata si amang (fiuhh kelihatan gugup kali aku, kalau ingat saat itu pengen rasanya mengulang adegan demi adegan tanpa rasa gugup :D). Ada lagi yang mau kau tambahkan icka? Icka pun menambahkan beberapa hal yang menguatkan keyakinan amang, inang dan oppung akan keseriusan hubungan kami.


Amang icka pun melanjutkan pembicaraan. Begini ya..amang mau cerita sedikit.. dari proses perkenalan, timbul rasa suka, sekian lama bersama, tau kekurangan dan kelebihan masing-masing, timbul rasa sayang, kemudian rasa cinta, setelah rasa cinta ya tidak berakhir hanya disitu, kalian harus punya mimpi untuk menikah, nah mimpi itulah yang harus di wujudkan, banyak belajarlah dari pernikahan di sekeliling kalian, yang baik-baik lakukanlah, yang kurang baik dijadikan pelajaran lah biar kalian tidak seperti itu. "Kau waldez, asal kau tahu aja, teman pria si icka yang baru duduk semeja dan makan denganku ya cuma kau, tapi jangan Ge eR kau ya. Dari kau berteman dengan si icka pun kau sudah ku anggap anak sendiri (terharu aku denger pengakuan amang icka), kalau si icka pulang malam atau pun kemana dia pergi asal kami tau anakku itu sama kamu.. ada rasa percaya bahwa anak kami aman..kau jangan rusak kepercayaan yang kami berikan" . Aku menggangguk dalam dan bertekad di dalam hati untuk menjaga kepercayaan amang dan inang icka sampai kapanpun.


Ada 5 kriteria yang wajib dan musti dipenuhi buat teman anak kami nantinya, kamu sendirilah yang menilai apakah 5 kriteria itu sudah kau penuhi semua apa belum, kalau sudah ya bagus , kalau belum masih ada waktulah untuk memenuhi semua syarat tersebut.

1. Seiman

2. Harus orang batak

3. Harus berpendidikan

4. Harus memiliki pekerjaan tetap

5. Berahlak baik

ada satu lagi sebenarnya, harus mengerti dan memahami adat, amang icka melanjutkan.

Itu saja syarat dari aku, yah baik-baiklah kalian , ikuti saja prosesnya, semoga berhasil.

Bagaimana menurut inang (amang icka bertanya ke oppung boru)? Oppung pun menjawab "lanjutkan" (sambil menepuk-nepuk bahu aku). Disela-sela gugup dan gelisah tak terkira yang aku rasakan , rasa lega mulai menyelusup kedalam hatiku. Banyak lagi amang itu beri nasihat dan masukan ke kami. Terima kasih amang, inang, oppung , telah meluangkan waktunya buat kami. a lil' bit (may be BIG hihi) nervous has gone. Praise the Lord for everything in our life. Please bless our relationship dear Abba. Future, here we comeeeeeeeeee!!!!!


~with love~